BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Pages

Madah Mutiara

.

.

diaktifkan oleh Klik1Malaysia.com

Saturday, April 16, 2011

Bismillahirrohmaanirrohim
Ihwah Fillah,
Ikhlas merupakan kekuatan iman, pengendali jiwa yang mendorong seseorang untuk menyingkirkan kepentingan pribadi dan menjauhkan keinginan-keinginan material sehingga tujuan amaliyahnya semata-mata hanya mengharapkan redha Allah swt. Segala macam amalan yang telah engkau lakukan akan sia-sia manakala tanpa disertai rasa ikhlas. Bagi seorang aktivis dakwah, rasa ikhlas akan melindungi dirinya dari godaan-godaan dan tipu daya syaitan dan perasaan terbebani dalam menjalankan tugas dakwah yang mulia ini.
Allah swt. berfirman:
Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah (dengan) mengikhlaskan agama karena-Nya serta jauh dari kesesatan… (QS. Al Bayyinah : 5)
… maka barangsiapa yakin sepenuhnya akan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah ia beramal dengan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan dengan siapapun dalam beribadah kepada Rabbnya. (QS. Al Kahfi : 110)
Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih (QS. Al Insaan : 8-9)
Dari Amirul Mukminin Abu Hafs Umar bin Khatab berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya segala perbuatan bergantung pada niatnya, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Barang siapa yang berhijrah menuju (ridha) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jala tidak menerima amal melainkan amal yang ikhlas dan tertuju pada satu arah (yaitu keridhaan-Nya). (HR. Imam Daud dan Imam Nasa’i).
Muadz bin Jabbal meriwayatkan ketika beliau diutus oleh Rasulullah saw. ke Yaman, “Ya Rasulullah, berilah pesan kepadaku”. Lalu Rasulullah saw. bersabda kepadanya,
Ikhlaskanlah agamamu, niscaya amal yang sedikit pun mencukupimu.

Indikasi Ikhlas
Seperti kita ketahui bahwa syarat diterimanya ibadah ada dua: amalan yang dikerjakan sesuai tuntunan syariat dan amalan tersebut dikerjakan karena mengharap ridha Allah (ikhlas). Kedua syarat tersebut wajib terpenuhi. Suatu amalan yang ditunaikan tanpa sesuai syariat, maka amalan tersebut akan tertolak di mata Allah walaupun berniatkan mengharap ridho dari Allah swt. Amalan yang dilaksanakan tanpa niat kepada Allah, akan mutlak tertolak di hadapan Allah walaupun syariat telah terpenuhi.
Seorang aktivis dakwah hendaklah selalu bermuhasabah terhadap amalan-amalan yang telah dilaksanakan. Apakah dakwah yang diemban dalam rangka menjemput ridha Allah swt. atau untuk mendapatkan popularitas semata di mata masyarakat atau ucapan terima kasih?
Seorang aktivis dakwah hendaklah selalu berdoa kepada Allah agar ditetapkan hatinya untuk beramal ikhlas dan berjalan sesuai dengan syariat-Nya. Jika amalan yang dikerjakan berbenturan dengan syariat, maka hendaklah ia bertaubat kepada Allah Azza Wa Jalla. Jika tidak, maka adzab Allah lah yang akan dia dapat serta amalan-amalan yang dikerjakan akan lenyap sia-sia.
Menggapai Keikhlasan
Ketahuilah wahai aktivis dakwah, ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menggapai keikhalasan:
hendaklah amalan-amalan yang dikerjakan semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah swt.
setiap aktivitas, amal perjuangan, dan kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan tuntunan syariat Allah swt.
senantiasa bermuhasabah diri akan niat dalam beramal.
senantiasa waspada terhadap tipu daya syetan yang selalu ingin menghancurkan keimanan kita melewati sifat riya.
Kepribadian tersebut harus ada pada diri seorang aktivis dakwah. Itulah yang harus engkau tampilkan di tengah-tengah masyarakat dengan penuh izzah. Tugas seorang aktivis dakwah adalah melaksanakan tugas dakwah dengan istiqomah. Kita harus tetap yakin bahwa kelak Allah swt. akan menurunkan rahmat-Nya kepada masyarakat berupa terpimpinnya mereka dalam syariat Allah, menerima dakwah ini, dan menjalankan perintah Allah tanpa rasa paksaan dari dalam diri mereka. Sungguh, dakwah yang dilaksanakan dengan ikhlas dan tawadhu akan diterima dalam hati masyarakat.
Wahai para aktivis dakwah, ingatlah kisah di bawah ini
Dahulu hiduplah seorang ahli ibadah. Ia telah puluhan tahun beribadah kepada Allah dengan rasa ikhlas dan tawadhu. Suatu ketika, datanglah seorang pemuda yang memberitahukan kepadanya bahwa masyarakat di kampungnya telah mengkeramatkan sebuah pohon bahkan sampai menyembahnya. Mendengar hal tersebut, sang ahli ibadah merasa berkewajiban untuk memberantas kemungkaran yang mereka lakukan. Segeralah sang ahli ibadah mengambil kapak untuk menghancurkan pohon tersebut.
Di tengah perjalanan, ahli ibadah dihadang oleh syaitan yang telah menjelma menjadi orang tua. Orang tua berkata,
“Hendak kemana, wahai orang yang dirahmati Allah?”
“Aku hendak menebang pohon yang disembah banyak orang tersebut.” jawab ahli ibadah dengan jujurnya.
“Apa urusanmu dengan pohon itu? Sesungguhnya Anda telah meninggalkan kesibukan ibadah kepada Allah dan bukankah urusan ini bukan tugas Anda?” ungkap orang tua tersebut. Merasa dihalangi, ahli ibadah itu pun menjawab,
“Tidak! Tugas ini adalah ibadahku juga.”
Akhirnya terjadilah perkelahian antara orang tua dan ahli ibadah. Kemengan diraih oleh ahli ibadah. Tubuh orang tua itu terkapar di tanah dan dibelenggu oleh ahli ibadah. Kemudian, si orang tua tersebut berkata,
“Tolong lepaskan aku. Aku ingin menyampaikan sesuatu.” Maka dilepaslah orang tua itu dan berkatalah ia,
“Mengapa Anda melakukan ini? Sesungguhnya Allah telah membebaskan tugas ini dan tidak mewajibkannya untuk Anda, dan Anda sendiri tidak menyembah pohon tersebut. Lalu apa urusan Anda dengan orang lain. Bukankah Allah telah mengutus para nabi di seluruh negeri. Jika Dia berkehendak niscaya akan diangkatnya mereka untuk menghancurkan pohon tersebut.” Sang ahli ibadah tetap tegar seraya berkata,
“Bagaimanapun aku tetap berkewajiban untuk menebangnya!” Akhirnya terjadi perkelahian kedua di antara mereka dan pada akhirnya dimenangkan oleh ahli ibadah. Orang tua itu menyadari bahwa kemenangan ahli ibadah semata-mata karena ahli ibadah memiliki senjata yang ampuh, yaitu keikhalasan. Akhirnya ia berpikir untuk membengkokkan niat dari ahli ibadah.

“Sebenarnya aku merasa kasihan terhadap dirimu yang direndahkan oleh rakan-rakanmu karena kemiskinanmu. Bukankah dengan harta, engkau akan mendapatkan kedudukan di hadapan masyarakat? Dengan harta pula, engkau dapat menyantuni fakir miskin dan orang-orang yang memerlukan pertolongan.” kata orang tua itu.
“Benar juga apa yang engkau katakan.” jawab sang ahli ibadah yang telah goyah hatinya. Akhirnya ia pulang dengan dijanjikan oleh orang tua itu bahwa ahli ibadah akan mendapatkan wang 2 dirham setiap hari dari orang tua tersebut sebagai imbalan mengurungkan niatnya untuk menebang pohon tersebut.
Syaitan tetaplah syaitan. Hari-hari yang berlalu, ia tetap memberi wang namun setelah beberapa ketika, ahli ibadah tersebut tidak mendapatkan wang tersebut. Dengan perasaan jengkel dan marah, ahli ibadah pergi ke pohon tersebut untuk menumbangkan kembali pohon syirik tersebut.
Di tengah jalan iblis kembali menyerupai orang tua itu dan kembali menghadang. Perkelahian terjadi kembali namun ahli ibadah kalah dan kalah lagi dengan mudahnya. Ahli ibadah pun berkata,
“Mengapa aku kalah sekarang, padahal dahulu begitu mudahnya aku mengalahkanmu?”
“Ketahuilah bahwa tempoh hari engkau marah dan berniat menghancurkan pohon keramat semata-mata karena mengharapkan redha Allah, maka dengan mudah kau mengalahkanku. Namun, pada hari ini engkau marah karena harta, maka dengan mudah aku mengalahkanmu.”
Tidak ada alasan pada diri kita untuk tidak menanamkan rasa ikhlas. Hindarilah perbuatan-perbuatan yang dapat menjerumuskan kita ke jurang kenistaan. Janganlah mudah terpesona dan tersanjung dengan pujian dan sanjungan karena terkadang hal tersebut membawa kita kepada sifat riya dan angkuh.
Begitulah seorang aktivis yang senantiasa menghendaki dakwah Islamiyah tersebuar luas dan menghendaki Islam tampil mulia dan cemerlang, sehingga umat Islam memiliki harga diri dan menjadi umat yang diperhitungkan, merasakan kebahagiaan dan mendapatkan rahmat serta pertolongan Allah yang Maha Rahman.
Wallahu’alam bishshowwab
Oleh: IKRAM Shah Alam
Sumber: ‘Ulwan, Nashih Abdullah.2002. 5 Taujih Ruhiyah untuk aktivis Dakwah dan Harakah

0 comments: